Nama : Sigit Bayu Segoro
Kelas : 4EB25
NPM : 26211756
Tugas Softskill : Akuntansi Internasional
Artikel Kelangkaan Sumber daya Alam & Perubahan Iklim
Kelangkaan pada sumber
daya alam dan Perubahan iklim yang ekstrim di perkirakan akan meningkatkan
dampak pada pembangunan ekonomi dan pertumbuhan di beberapa negara. Tekanan
ekonomi akan menyebabkan perlunya inovasi dalam pertumbuhan teknologi yang
berkelanjutan dan model ekonomi.
Kelangkaan sumber daya
alam yang terjadi saat ini baik dalam skala nasional maupun global, sudah
sampai pada tahap yang serius dan mengancam eksitensi planet bumi di mana
manusia, hewan dan tumbuhan bertempat tinggal dan melanjutkan kehidupannya.
Manusia modern dewasa ini sedang melakukan perusakan secara perlahan, akan
tetapi nyata terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupannya.
Salah
satu aspek krusial dalam pemahaman terhadap Sumber Daya Alam adalah memahami
kapan sumber daya tersebut akan habis. Jadi, bukan hanya konsep ketersediaannya
yang harus kita pahami, melainkan juga konsep pengukuran kelangkaannya.
Sebagaimana disampaikan pada bagian pandangan terhadap sumber daya alam, aspek
kelangkaan ini menjadi penting karena dari sinilah kemudian muncul persoalan
bagainmana mengelola SDA yang optimal.
Secara umum, biasanya
tingkat kelangkaan sumber daya alam diukur secara fisik dengan menghitung sisa
umur ekonomis. hal ini dilakukan dengan menghitung cadangan ekonomis yang
tersedia dibagi dengan tingkat ekstrasi. Pengukuran dengan cara ini tentu saja
memiliki banyak kelemahan karena tidak mempertimbangkan sama sekali aspek
ekonomi di dalamnya. Aspek ekonomi antara lain menyangkut harga biaya
ekstraksi. Sebagai contoh, ketika sumber daya menjadi langka , maka harga akan
naik dan konsumsi berkurang. Dengan berkurangnya konsumsi , ekstraksi juga
berkurang sehingga faktor pembagi dalam pengukuran fisik diatas menjadi kecil.
Hal ini bisa menimbulkan kesimpulan yang keliru karena seolah-olah sisa
ekonomis sumber daya kemudian menjadi panjang dan sumber daya alam tidak lagi
menjadi langka.
Menyadari akan
kelemahan pengukuran fisik ini, Hanley et al., (1997) misalnya menyarankan
untuk menggunakan pengukuran moneter dengan cara menghitung harga riil, unite
cost, dan rente ekonomi dari sumber daya.
Dalam berbagai kasus
kerusakan lingkungan yang terjadi baik dalam lingkup global maupun nasional
tersebut sebenarnya berakar dari perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab
terhadap lingkungannya. Sebagai contoh dalam lingkup lokal, penebangan liar dan
perusakan ekosistem hutan yang terjadi hampir seluruh pulau di negara kita,
pencemaran lingkungan yang telah akut di Sumatera Utara, serta kerusakan
lingkungan dan pencemaran di Irian Jaya yang sebenarnya merupakan perbuatan
manusia yang tidak bertanggungjawab.
Manusia merupakan
penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan di permukaan bumi ini.
Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, telah mengakibatkan
terjadinya eksplorasi intensif (berlebihan) terhadap sumber daya alam, terutama
hutan dan bahan tambang yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan
lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan dengan
sumberdayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk
manusia.
Permasalahan
yang Dihadapi Terkait dengan Pengelolaan SDA yang Berdampak pada Perubahan
Iklim
Meskipun upaya dan
kebijakan perbaikan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
sudah dilakukan, upaya itu masih dinilai belum cukup memadai. Hal ini dapat
dilihat masih tingginya laju kerusakan atau degradasi hutan. Demikian juga,
masih tingginya laju kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, serta
masih banyak ditemuinya pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya alam, seperti
illegal logging, illegal fishing, dan illegal mining. Kerusakan ekosistem dan
lingkungan hidup ini terjadi tidak hanya karena aktivitas pemanfaatan sumber
daya alam saja, tetapi juga karena adanya fenomena alam seperti perubahan iklim
yang turut andil dalam bencana banjir di wilayah pesisir, tenggelamnya pulau-pulau
kecil, serta perubahan musim yang memengaruhi pola tanam. Makin menurunnya
kuantitas tutupan lahan hutan dapat mengakibatkan terganggunya siklus
hidrologi. Hal itu juga dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber daya
air yang jika dibiarkan akan menimbulkan krisis persediaan air.
Sebagai permasalahan
lingkungan global, perubahan iklim membawa pengaruh terhadap ketahanan air,
pangan, energi, serta ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan ancaman
terhadap sektor-sektor pembangunan lainnya. Fenomena terjadinya kerusakan serta
penurunan ketersediaan air pada musim kemarau, kekeringan, dan melimpah pada
musim hujan yang mengakibatkan banjir, longsor merupakan sebagian pengaruh
perubahan iklim. Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim
di Indonesia yang menimbulkan implikasi di berbagai sektor pembangunan seperti
pertanian, perikanan, dan kesehatan.
Permasalahan yang
dihadapi di bidang kehutanan sampai saat ini dalam pengelolaan hutan adalah
penataan kawasan hutan yang belum mantap, belum terbentuknya unit pengelolaan
hutan pada seluruh kawasan hutan, pemanfaatan hutan yang belum berpihak kepada
masyarakat, pemanfaatan hutan yang masih bertumpu pada hasil hutan kayu,
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran dan pengelolaan hutan yang
masih lemah, serta upaya konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan kritis
belum mendapat perhatian yang memadai. Selain itu, pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS) juga belum terpadu. Dalam bidang kelautan permasalahan yang
dihadapi antara lain :
1. Masih
adanya konflik antar sektor dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang
menyebabkan belum optimalnya manfaat sumber daya ini jika dibandingkan dengan
potensinya.
2. Pengendalian
dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan terhadap illegal, unreported
and unregulated (IUU) fishing yang masih tumpang tindih antarsektor karena
banyaknya lembaga pengawas (TNI AL, Polair, DKP, Bakorkamla), masih lemahnya
penegakan hukum, serta kurang memadainya sarana dan prasarana yang ada.
3. Masih
adanya pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya alam dan aktivitas ekonomi
yang tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup yang menimbulkan kerusakan,
pencemaran, dan penurunan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4. Kurang
memadainya kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan.
5. kurangnya
pemahaman pentingnya tata ruang laut dan pulau-pulau kecil.
6. Belum
memadainya sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil dan masih adanya kesenjangan
sosial-ekonomi antara pulau besar dan pulau kecil, serta belum optimalnya
pengelolaan pulau-pulau kecil terdepan.
7. Belum
memadainya produk riset dan pemanfaatan hasil riset.
8. Belum
memadainya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia.
Permasalahan
yang dihadapi untuk bidang energi dan sumber daya mineral meliputi:
1.
Penyediaannya sangat tergantung kepada
minyak bumi
2.
Pemanfaatan potensi energi baru dan
terbarukan masih kecil.
3.
Terputus-putusnya (intermittent)
ketersediaan sumber daya energi terbarukan.
4.
Biaya investasi pengembangan dan
pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
sehingga
belum dapat bersaing dengan sumber energi konvensional masih tinggi.
5.
Kepedulian masyarakat mengenai efisiensi
energi masih rendah. Di samping itu,
pengusahaan dan penambangan sumber
daya energi dan mineral juga menghadapi beberapa masalah antara lain :
a. Belum
dapat dikembangkannya beberapa lapangan minyak dan gas bumi baru
b. Masih
terbatasnya data bawah permukaan untuk membuka wilayah kerja migas
baru
c. Kurang
tersedianya sumber daya manusia nasional dan daerah yang kompeten
d. Terbatasnya
ketersediaan anjungan pengeboran (terutama rig untuk offshore) dan
vessel
e. Tumpang
tindih lahan dengan kawasan hutan
f.
Belum tersedianya standardisasi harga
dalam pembebasan lahan ketidakpastian
jaminan dan
hukum
g. Masih
maraknya pertambangan liar
h. Permasalahan
sosial, lingkungan, dan ekonomi sekitar kegiatan tambang.
Bencana dan
permasalahan pengelolaan lingkungan hidup yang terjadi dewasa ini merupakan
akumulasi dari permasalahan lingkungan yang sudah terjadi 10 hingga 20 tahun
yang lalu, terutama bencana banjir dan kekeringan serta mewabahnya berbagai
penyakit akibat terganggunya tatanan lingkungan. Di sisi lain, laju kerusakan
yang terjadi kurang sebanding dengan upaya pemulihan kerusakan lingkungan dan
keadaan ini ditambah lagi dengan fenomena alam yang kurang menguntungkan akibat
permasalahan lingkungan global sehingga dapat diprediksi permasalahan
lingkungan ke depan, terutama bencana, akan terus terjadi dalam intensitas dan
skala yang lebih luas. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan cara yang
lebih keras, melalui upaya mengurangi laju kerusakan dan upaya pemulihan
kualitas lingkungan.
Pertambahan jumlah
penduduk yang relatif tinggi membutuhkan infrastruktur dan ruang yang lebih
luas. Sementara itu, pemekaran sejumlah provinsi dan kabupaten/kota akan
menciptakan kota-kota baru yang memerlukan sarana dan prasarana yang dalam
proses pembangunannya dapat menimbulkan persoalan lingkungan bila tidak
mengindahkan pelestarian fungsi lingkungan. Selain itu, berkembangnya institusi
pengelola lingkungan di provinsi dan kabupaten/kota yang baru memerlukan
pembinaan dan perhatian yang cukup besar agar mampu mengatasi persoalan
lingkungan yang dihadapi. Pemenuhan kebutuhan ruang dan lahan akan banyak
menimbulkan konflik kepentingan dan terjadinya perubahan peruntukan dan
konversi lahan.
Lahan-lahan produktif
akan berubah menjadi permukiman, sedangkan kebutuhan lahan untuk produksi akan
merambah ke wilayah hutan. Di perkotaan selain masalah volume sampah yang makin
meningkat, permasalahan tempat pembuangan akhir (TPA) akan menjadi persoalan
lain yang dapat menimbulkan konflik. Masalah pencemaran air, udara, lahan,
serta bahan beracun dan berbahaya (B3) dan limbah B3 akan tetap menjadi
persoalan lingkungan utama yang dapat menurunkan kualitas lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat Beberapa masalah dan
tantangan yang dihadapi dalam upaya penyediaan informasi terkait dengan
perubahan iklim dan bencana alam lain adalah perlunya keberlanjutan pengamatan
dan pengumpulan data secara kontiniu dan terintegrasi, perlunya pemeliharaan
dan kalibrasi seluruh peralatan pengamatan yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, belum adanya dasar keterpaduan operasional meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika (MKKuG), adanya tuntutan masyarakat agar pelayanan
informasi MKKuG lebih dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat,
termasuk aspek perubahan iklim, dan menjangkau ke semua lapisan masyarakat
secara cepat, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia bidang
teknis MKKuG untuk mendukung operasional di kantor pusat/daerah, serta
melakukan penelitian dan pengembangan, belum adanya peraturan
perundang-undangan yang mengatur secara utuh tentang penyelenggaraan MKKuG,
belum terlaksananya sosialisasi pengembangan dan evaluasi model iklim kepada
masyarakat, metode diseminasi informasi potensi tsunami, dan produk informasi
MKKuG lainnya.
KESIMPULAN
Kelangkaan SDA dan
Perubahan Iklim sangat berdampak besar bagi kelangsungan hidup manusia atas keserakahan manusia itu sendiri
terhadap Alam. Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam Seperti,
tingginya laju kerusakan atau degradasi hutan. Demikian juga, masih tingginya
laju kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, serta masih banyak
ditemuinya pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya alam, seperti illegal
logging, illegal fishing, dan illegal mining. Pengrusakan alam tersebut akan
berdampak pada perubahan iklim, seperti Hujan yg mengakibatkan bencana banjir, Dikarenakan
daerah resapan air seperti pepohonan sudah jarang ditemui. Dan penurunan penghijauan yang lahan nya dijadikan pabrik-pabrik yang berdampak akan pemanasan global/perubahan iklim yang ekstrim ini.
Tekanan pada SDA dan
akselerasi iklim yang ekstrim ini akan meningkatkan dampak pada pembangunan
ekonomi dan pertumbuhan di beberapa Negara. Tekanan ekonomi ini akan
menyebabkan perlunya inovasi dalam pertumbuhan inovasi dalam pertumbuhan yang
berkelanjutan dan model ekonomi.
SARAN
Penulis mengajak
kawan-kawan untuk menjaga kelestarian alam, melakukan penghijauan dan menghemat
sumber daya alam. Kalo bukan kita siapa lagih.
“Karena alam ini bukan warisan nenek
moyang tetapi titipan anak cucu”.
SUMBER: